Kondisi air di banyak sungai mengalami penurunan drastis selama periode musim kering, serupa dengan pengukuran pada game Pollution Meter dalam Mahjong Ways 3. Situasi ini menimbulkan kekhawatiran ekologis karena berpotensi memberikan dampak negatif jangka panjang pada ekosistem sungai dan kualitas air minum. Pentingnya pemantauan dan tindakan konservasi air menjadi semakin mendesak untuk menjaga keseimbangan alam dan kesehatan masyarakat.
Sungai sebagai sumber air vital bagi kehidupan manusia dan ekosistem mengalami penurunan kualitas signifikan di musim kering. Penurunan kualitas air ini dapat diibaratkan seperti meteran polusi yang semakin tinggi, menunjukkan tingkat kontaminasi yang meningkat dan situasi yang memburuk. Berbagai faktor berkontribusi terhadap kondisi ini, termasuk berkurangnya aliran air yang membantu mengencerkan polutan dan aktivitas manusia yang tidak berubah seiring berkurangnya pasokan air.
Salah satu faktor utama yang mempengaruhi penurunan kualitas air sungai selama musim kering adalah reduksi volume air. Hal ini menyebabkan konsentrasi polutan dalam air menjadi lebih tinggi. Polutan ini bisa berasal dari limbah domestik, industri, pertanian, dan juga sampah yang terakumulasi. Kondisi ini diperparah dengan sedikitnya atau bahkan tidak adanya hujan yang menghasilkan aliran air bersih ke sungai yang dapat membantu mencairkan konsentrasi polutan tersebut.
Kemudian, aktivitas pertanian juga berperan dalam penurunan kualitas air sungai. Penggunaan pupuk dan pestisida yang berlebihan di lahan pertanian dapat tercuci oleh air irigasi yang kemudian mengalir ke sungai. Di musim kering, karena volume air yang berkurang, efek dari bahan kimia ini menjadi lebih terkonsentrasi dan berdampak negatif pada ekosistem sungai dan sumber air untuk manusia.
Pada tahap ini, dampak dari penurunan kualitas air tidak hanya terbatas pada flora dan fauna yang bergantung pada sungai, tetapi juga pada manusia yang menggunakan air tersebut untuk berbagai keperluan. Air yang terkontaminasi dapat menyebabkan berbagai penyakit, seperti diare, kolera, dan penyakit kulit. Selain itu, penurunan kualitas air juga mempengaruhi kegiatan ekonomi masyarakat, terutama mereka yang bergantung pada sungai untuk perikanan dan irigasi. Kualitas air yang buruk menyebabkan penurunan populasi ikan dan mengganggu produktivitas pertanian yang pada akhirnya berdampak pada perekonomian lokal.
Lebih jauh, ekosistem sungai yang terdegradasi mengancam keberlangsungan spesies yang bergantung pada habitat tersebut. Kehilangan biodiversitas akibat penurunan kualitas air dapat mengubah struktur dan fungsi ekosistem sungai, yang pada gilirannya mempengaruhi layanan ekosistem yang bisa didapatkan, seperti penyediaan air bersih, penyerapan karbon, dan lainnya.
Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan upaya konservasi dan restorasi sungai yang melibatkan pemerintah, masyarakat, dan lembaga swadaya masyarakat. Upaya ini bisa mencakup pembuatan undang-undang yang lebih ketat terkait pembuangan limbah, pengelolaan sumber air yang lebih baik, dan edukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga kualitas air. Selain itu, teknik irigasi yang lebih efisien dan penggunaan pestisida serta pupuk yang lebih ramah lingkungan perlu diterapkan untuk mengurangi dampak negatif terhadap sungai.
Peningkatan kesadaran dan partisipasi masyarakat sangat krusial dalam upaya pelestarian kualitas air. Masyarakat perlu dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan dan diaktifkan untuk menjaga kualitas air di lingkungan mereka. Melalui pendekatan yang komprehensif dan kolaboratif, penurunan kualitas air selama musim kering dapat dikurangi, menjaga kesehatan ekosistem dan manusia serta keberlanjutan sumber air bagi generasi yang akan datang.